Jum’at 18 april 2014 pukul 06.30 WIB
saya dikejutkan oleh hasil percakapan via handphone antara teman saya yang
berada di Lampung dan temannya yang berada di Sabang. Saya teukejot raya
panyang (istilah orang Aceh jika kagetnya pakek buaanget) :-D
Naik apa? Tanya temennya kawan saya
yang tinggal di Sabang. Kereta bang jawab saya (umumnya orang Aceh sebutkan
kereta untuk motor. Kereta? Kereta Api keless :p atau sering juga menyebutnya
dengan Honda, padahal ada dua orang teman saya yang menggunakan Yamaha- Entah
mengapa demikian, ya mungkin karena Honda nyampe duluan kali yaa, meski yamaha
semakin didepan). Harusnya jam segini kamu sudah di pelabuhan, apalagi ini
long-weekend. Hadeuuh baru saya ingat ketika beberapa tahun yang lalu saya dan
keluarga ke sabang pagi-pagi buta kami udah antrikan mobil di Pelabuhan ckckck.
Serius lho, saya kaget buangett! Apa yang harus saya lakukan? Listrik padam
pakaian belum saya setrika, mandipun belum. kacau dah karena saya belum sempat
packing wkwk, 7 jam perjalanan Banda Aceh-Aceh Utara baru saya tempuh, bahkan adik saya yang mau ikutan ke Pulau Weh nekat ga mandi pagi
(Maaf rahasianya dibongkar biar yang baca pada tau bahwa saat itu kita
benar-benar diburu waktu jajaja)
Langsung kami berbenah secepat
mungkin sambil sibuk menelfon teman-teman yang akan ikut menyebrang. Salah
satunya Anto kawan baru dari komunitas Backpacker Indonesia Chapter Surabaya
dan juga ada yang nyusul Mba Nad dari komunitas BPI RW9 yang ketika saya
hubungi diluar jangkauan, hehe beliau masi diudara dari Jakarta menuju Banda
Aceh.
--15 menit kemudian saya sampai di
Pelabuhan Ulee Lheu, Alhamdulillah ya sampai dengan selamat dan langsung menuju
antrian. Benar saja saya dapat antrian paling jauh dari loket, harap-harap
cemas semoga masih sisa tiket dan Alhamdulillah setelah antri lama 8 tiket
untuk penumpang, 2 tiket motor sudah ditangan dan sisa 3 tiket motor lagi yang
tidak diperbolehkan beli oleh peugas karena saya tidah hafal Plat motor mereka.
Setelah menunggu beberapa belas menit kemudia teman saya UK (baca: YuKe-biar
keren beuhh) sampai dipelabuhan dan kembali dalam antrian panjang untuk membeli
3 tiket motor lagii,wkwkwk
nahh yg ditengah UK namanyahh |
Berikut Itin 3
hari di Pulau Weh bersama konco-konco seperjuangan :))
Jum’at, 19
februari 2014:
07.00-10.30:
Ngantri beli tiket, sarapan, meeting point dan antrikan motor ke dalam kapal
10.30-13.30:
Nyebrang dari Ulee Lheu-Balohan
13.30- 14.30:
Menuju Gapang cari penginapan, Anto menuju Mesjid Jum’atan
14.30-15.30:
ISoMaS (Istirahat sejenak, Solat dhuhur, Makan Siang) di Pantai Gapang
15.30-16.30:
Menuju Km0 dan Shalat Ashar di Mushalla di area Km0
16.30-18.30:
Ceprat-Cepret dan waiting for sunset
18.30-20.00: ISoMaM (Menuju Masjid di Iboih Solat magrib,Makan
Malam di Warung depan Gapang Resort)
20.00-23.30: Peh Te’em di Pantai Gapang, lalu menuju kamar dan
istirhat sampai Subuh
Sabtu, 20 februari 2014:
05.30-07.30: Menikmati sunrise di Pantai Gapang
08.00-12.00: Menuju Iboih, breakfast di Pantai Iboih, dan
Snorkling di Rubiah
12.00-14.00: Kembali ke Gapang, ISoMaS, Check Out
14.00-15.40: Explore Air Terjun Priya Laot dan Solat ashar
15.40-17.50: Explore Balik Gunung, Pasir Putih, Pantai Bango dan
menuju kota Jl.Teuku Umar mencari penginapan ke rumah Om Apit numpang satu malam :-D
18.00-18.30: ke Sabang Fair dan sunset time di Pantai Kasih
18.30-05.00: SoMamI (Solat, Makan Malam, Istirahat) di rumah Om
Apit
Minggu, 21 februari 2014:
05.00-07.30: Solat Subuh, siap-siap muteri sabang lagi, breakfast
07.30-11.30: Menuju Piyoh dan explore Tapak Gajah, Benteng
Jepang, Sumur Tiga, Ujong Kareung, Anoi Itam
11.30-14.00: Explore Buket Balohan, Gunung Merapi, Danau Aneuk
Laot, menuju Balohan
Budget-IDR
Personal Budget
1.
Tiket
PP = 50k
2.
Snorkling
Full set = 45k
3.
Makan-Minum
= Suka-Suka ^_^ umumnya Nasi Campur 13k, Es Teh Manis 5k, Aneka Juice 6k, Pop
Mie 10k, Softdrink 10k, MineralWater-50ml 5k
Sharing Cost
1.
TiketMotor
PP = 60k
2.
BensinMotor
= Full-tank 15k (Cuma 2kali isi, hemat motor saya hihi)
3.
Penginapan
di Gapang = 250k
4.
SpeedBoat
ke Pulau Rubiah = 200k
5.
Snorkling
guide = 150k
6.
Camera
underwater = 100k
Kapal
ferri- mengarungi lautan biru dengan pelan dan aman. Teman-teman mengambil
tempat paling atas kapal, panas memang namun menyenangkan (dilantai 2
kapal yang teduh dan disediakan tempat duduk pada penuhh sihh *mewek) lesehan sambil
menikmati indahnya lautan di Nanggroe ini. Sekitar dua jam lebih kurang kia
berlabuh di Balohan (Pelabuhan Sabang) setelah musyawarah singkat kita sepakat
langsung menuju gapang untuk mencari penginapan karena menurut beberapa orang
yang kami temui di kapal mengatakan bahwa di Gapang ada beberapa bungalow yang
masih kosong. 3 hari sebelumnya saya telah menghubungi beberapa teman yang
pernah ke Sabang dan mendapatkan beberapa kontak yang dapat dihubungi untuk
penginapan namun sangat disayangkan kami terlambat bungalow-bungalow indah itu
full booked, lalu searching di www.ecotourism.com sama saja, nomer yang dilampirkann di web pemandu online
tersebutpun memberi jawaban yang mengecewakan; tak ada kamar yang tersisa untuk kami (ada sihh tetapi bukan untuk
kita-kita ala backpacker xixixi) dan H-1 UK dan Azki masih sibuk mencoba
menghubungi nomer penginapan yang tercantum dibrosur wisata Pulau Weh, huufft
Brosurnya ga Update tuh masi harga 2012 kata beberapa pemilik Bungalow yang
dihubungi UK dan Azki.
Gapang Resort |
Alhamdulillah
banget sesampai di Gapang berkat pertolongan dua anak muda sabang yang kasihan
melihat turis domestik tak tau arah lol sempet muter-muter ditempat yang sama, masi
ada penginapan yang tersisa milik nenek-nenek J hehe lupa nama penginapannya apa, tepatnya setelah Dang-dangna
Bungalow and Resto. Untuk selanjutnya sesi tawar-menawar kami serahkan dengan
segala hormat kepada Riza si Ratu Tawar, beneran lho ni anak jago banget dari harga 350k deal 250k. Kalau
di Banda Aceh kami mau shopping ga lupa nenteng Riza biar irit pake buanget.
Setelah deal kami menuju mushalla solat dhuhur dan istirahat sejenak sambil
makan siang pulihkan energi untuk ke KM0.
Sekitar
pukul 15.30 kami menuju KM0, menurut yang diinfokan oleh si-nenek tempat kami
menginap jalannya sempit dan agak berbahaya bagi pendatang yang belum hafal
jalanan disitu. Alhamdulillah kami sampai dan pulang dengan selamat. Memang
sempit, namun telah diaspal sepanjang jalan dijamin aman dachh meskipun jalanan
agak sepi. Setelah menikmati indahnya sunset kami harus berpacu dalam
melodi, yahh melodi magrib yang akan meninggalkan kami. Tibalah disuatu
daerah sebelum pos TNI, jalanan disitu yang paling bahaya. Gelap? Iyaa gelap
buanget, mana bengkolannya patahpatah lagii. Oleh karena itu, tak lupa rasa dan
ucapan terima kasih kami tak hanturkan kepada penerang kami dari belakang.
Sorotan lampu mobil itu membantu. Semoga sang supir, penumpang didalamnya,
pemilik mobilnya, perusahaan mobil tersebut dan desainernya semoga mendapatkan
penerang ketika diterpa gelap meski bukan kami yang akan meneranginya kembali :')
Sampailah
kami disebuah masjid setelah melewati Teupin Layeu,, bergegas shalat magrib dan
kembali ke Gapang. Makan malam disebuah warung yang terletak di depan gerbang
Gapang Resort 13k /porsi , Es teh manis 5k, minta air putih doank digelas juga
bole n free lol. Lalu kembali ke penginapan dan santai sejenak di tepi
pantai gapang. Ramai lho meski malam terus larut, tidak seperti di Banda Aceh
seluruh tempat wisata magrib mulai sepi (y)
Keesokan
harinya ba’da subuh kami kembali siap-siap melanjutkan agenda yang menjadi
tujuan utama ke Pulau Weh yaitu agar bisa menyebrang ke Pulau Rubiah- snorkling
time. Tetapi sebelumnya sempatkan diri menikmati hari terakhir di Gapang,
dimana ujung lautan sana terlihan sunrise yang akan mengawali kehidupan.
Setelah
semua siap berangkat, kami langsung menuju Iboih untuk sarapan dan menyewakan
semua perlengkapan yang dibutuhkan ke dan di Pulau Rubiah.iboih-pulau rubiah |
si adek (kiri) baru belajar renang wkwk |
Setelah menikmati indahnya ciptaan Allah underwate, kami kembali ke Gapang untuk check out dan melanjutkan obyek wisata lainnya. Rencana awal kami adalah check in di kota, searah dengan jalan menuju kota kami singgah ke Air Terjun Priya Laot. Priya Laot adalah nama dese yang berlokasikan air terjun tersebut. Hanya 100m dari jalan utama, 500m masuk kita sampai di parkiran dan melanjutkan langkah setapak-setapak hingga sampai dibawah guyuran air terjun tersebut. Suasana hutan yang damai, kicauan burung yang indah, terdapat beberapa jembatan bagus untuk menyebrang sungai kecil dan hanya sebuah tantangan untuk sampai ke air terjun priya laot yaitu menanjaki bebatuan besar, lalu kami tersadar bahwa kami salah kostum. *ROTFL*
Tak berlama-lama disana, mengingat waktu
ashar telah tiba dan banyaknya pengunjung laki-laki saat itu. Keluar dari
parkiran kami singgah di masjid untuk tunaikan shalat ashar terlebih dahulu,
karena tujuan utama kami melakukan perjalanan-perjalanan adalah untuk menikmati
keindahan alam yang ada agar bertambahnya rasa cinta kami kepada penciptanya,
ya tidak mungkinlah shalat dinomer dua kan..betul apa betul? *maksa* wkwkwk
Sambil
menunggu teman lainnya selesai shalat, ringtone hp saya berbunyi- si abang yang
menelpon. Setelah ngobrol singkat dan tau keberadaan kami dimana dan kemana
tujuan kami selanjutnya. Beliau punya solusi untuk menginap di rumah seorang
warga sabang yang sudah menjadi keluarganya, Om Apit beliau memanggilnya.
Langsung menuju kota dan menghubungi om Apit---- kami sampai di rumah Om Apit
(setelah muter-muter ga hafal jalan =D ). Om Apit dan keluarga begitu welcome,
seakan kami saudara jauh yang datang berkunjung. Dalam hitungan detik rumahnya
menjadi rumah kami sendiri, setelah berbincang-bincang sejenak kami pamit
menuju Sabang Fair *15 menit lagi sunset time lhoo*
Setelah
meminta arahan jalan, kami berangkat dan sampai. Sabang Fair itu seperti taman,
fasilitasnya juga bagus dan sayang tidak sempat mengambil foto. Namun saya
pribadi lebih menyukai yang nature, jika lesehan bisa tersentuh dengan
daun-daun kering atau pasir-pasir yang beraneka struktur. Lalu kami tancap gas
menuju pantai kasih yang tidak begitu jauh dari sabang fair. Sempat harus
beberapa kali bertanya, kami membaca pamfletnya tapi pantai tak ada. *lol*
rupanya pantainya terletak dibawah, parkir motor diatas lalu turun menggunakan
tangga yang ketika kami diatas tidak terlihat. Akhirnya sunset time kedua kami
di pulau ini adalah di Pantai Kasih.
Azan berkumandang kami dalam perjalanan
pulang, memang tidak jauh dari rumah namun cukup membuat Om
Apit khawatir, sesampainya kami didepan pintu gerbang terlihat Om Apit sedang
menelpon, iya menelpon kami. Selesai shalat magrib kami berkumpul dengan Om
Apit diskusi dan sharing. Ternyata beliau adalah psikiater, begitu tepat
pertemuan ini *lol* Allah telah mempertemukan seorang psikiater dengan
pasien-pasien cantik yang sedang galau jajaja =D
Paginya,
sebelum kami pamit pulang malah Om Apit yang pamit duluan. Beliau harus kembali
ke Banda Aceh menggunakan kapal pagi. Tinggallah kami di rumah untuk beberapa
puluh menit kedepan dengan atok dan anaknya. Selesai sarapan dan bersih-bersih
kamipun segera pamit ke atok dan anaknya Om Apit sekaligus meminta petunjuk
menuju Sumur Tiga.
Sebelum
ke Sumur Tiga kami menuju Tapak Gajah dan Benteng Jepang, sempat bertanya lagi
kepada warga dan sekelompok anak-anak kecil yang sedang bersepeda
dengan suka rela mengantarkan kami.
Melanjutkan
perjalanan dan sampailah disebuah komplek pantai sumur tiga, terlihat seperti
pagar baru yang mengelilinginya kaarena dulu hanya pondok-pondok kecil
dipinggri pantai saja yang ada, namun bukan itu tujuan utama saya mengajak
teman-teman ke sumur tiga hihi yaitu menuju pantai yang boleh digantikan sebagai
perjalanan ke kuta bali. Sambilan mencari tempatnya saya dan adik saya masuk ke
sebuah lorong yang bertuliskan Pantai Ujoeng Kareung yang mana juga ada dalam
list trip kami. Hanya meninjau sekilas bahwa disana ada sebuah tempat
meeting-room yang besar terletak beberapa meter sebelum penghujung bukit yang
dibawahnya terlihat pantai-aliran pantai sumur tiga.
Kembali
menyusul temans, lalu berhenti disebuah cafe (maaf lupa nama cafenya) mereka
menyediakan parkiran dan menyebrang jalan hanya 100m masuk lorong ternyata
benar itu tempatnya. Menurut salah seorang penjual disana, jalan masuknya telah
dipindahkan bukan seperti dulu karena adda sengketa lahan dengan pemilik
sebelumnya.
Menikmati
Pantai Sumur Tiga pun harus dicukupkan, mengingat
masih ada beberapa target belum dikunjungi. Kita lempang menuju Pantai Anoi
Itam (*Pantai Pasir Hitam). Sudah lama saya tidak melihat pantai berpasir
hitam, pasirnya yang memancarkan cahaya-cahaya kecil akibat pantulan sinar
matahai menjadi pesona yang berbeda dari pantai ini. Santai di rangkang kecil
sambil menikmati pop mie, teh botol
segar dan pulot bakar merupakan kenangan indah liburan pertama saya terjauh
yang saya lakukan dengan teman-teman sekoncoan.
‘bertanyalah
tentang calon tetanggamu sebelum bertanya tentang rumah
yang akan kau diami dan bertanyalah tentang kawan seperjalananmu sebelum
bertanya tentang jalan yang akan engkau lalui.’ Demikian salah satu ungkapan
tentang ukhuwah yang disampaikan oleh Sayyidina Alin bin Abi Thalib.
Setelah
cukup menikmati Pantai Anoi Itam, kami melajutkan perjalanan. Info yang kami
dapatkan dari pemilik warung jalan tersebut juga bisa menuju balohan dan indahnya
pemandangan alam yang akan menemani perjalanan kami nantinya meski jalannya
bagus namun cukup terjal, peleuhen nyan (hati-hati yahh) begitu pesan
mereka. Selama di sabang sering saya melihat bahkan pengalaman kami sendiri
warga-warga disana begitu ramah dan begitu gemar membantu sehingga para
wisatawan domestik maupun manca negara tak perlu khawatir berada disana meski
akan melakukan solo trip. Pulau Weh merupakan salah satu tempat di Aceh yang
telah mempunyai Sapta Pesona, yaitu: Aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah
dan kenangan.
Benar saja, setelah melewati lokasi Pantai Anoi Itam sekitar 20menit kemudian kami disuguhi pemandangan yang indah dan mengagumkan.
Benar saja, setelah melewati lokasi Pantai Anoi Itam sekitar 20menit kemudian kami disuguhi pemandangan yang indah dan mengagumkan.
Disini
kami bertemu sebuah komunitas MoGeYamaha yang terlihat baik dan friendly.
Terdengar mereka menyebutkan Gunong Merapi, kami memberanikan diri menanyakan
lokasi obyek wisata tersebut dan dengan senang hati mereka menawarkan jalan
bersama. Hehe bismillah kami melanjutkan perjalanan ke Gunong Merapi. Naik
gunung turun gunung dengan tertib dan bersahaja mereka mengendarai yamaha
kebanggaan mereka. Setiap tikungan tajam mereka bunyikan klakson khasnya yang
tentu pengguna jalan diseberang akan mendengar dengan jelas dan berhati-hati.
Perlengkapan berkendaraan mereka lengkap dan jika melewati jalan berlubang
dalam dari pengendara terdepan akan memberi aba-aba dengan menurunkan kaki
tepat diatas lubang tersebut. Hehe kalau kami sih nyemplung duluan si
kepala suku ke lubang dan yang lain ikut nyemplung juga *biar kompak alesannya
gitu* satu hal yang dapat saya simpulkan selama beberapa puluh menit melakukan
perjalanan dengan mereka adalah tidak semua yang bermotor gede itu anak gank
alias gank motor, itu adalah hal buruk yang
menjadi stereotype dalam masyarakat. Seperti mereka adalah komunitas yang
setiap anggota yang bergabung akan ikut serta dengan program-program sosial
yang mereka rencanakan seperti penggalangan bantuan jika ada musibah bencana
alam. Terimakasih abang-abang keren yang mengikutsertakan kami dalam rombongan
abang-abang hihi
Setelah
itu kami balik dan menuju balohan, kasihan sekali masih ada tempat yang belum
dikunjungi. Arghhh sampai balohan kami telat gan, sudah mengantri lama kami
tetap tak mendapat giliran masuk ke kapal ferri. Diberitahukan oleh petugas
akan ada kapal selanjutnya, menunggulah dan menunggu. Langit pulau weh pun
menangis *hujan deras* melepas kepulangan kami *ROTFL*
balohan-rame yakk |
pendeteksi tsunami :'( |