Saturday, August 30, 2014

Berkat Petuah Simon



Jangan sungkan merealisasi impianmu, tentu Tuhan Maha tahu namun semua hal perlu engkau nyatakan (doa dan usaha) sebagai bentuk kesungguhanmu – CakraDonya 2010

Itu adalah sebuah kesimpulan yang aku tarik setelah mengikuti motivasi yang membakar semangatku dari sang mentor suatu ketika disebuah seminar. 

Getaran semangatnya menjadi energiku, keliling dunia merupakan salah satu impianku, namun sungguh terasa berat dan tak memungkinkan karena keterbatasan uang dan waktu dan kemudian impian-impian itu hanya tertulis rapi disebuah buku catatan mimpiku

Aku begitu percaya dengan kebenaran kalam-Nya pada potongan surat Al-Falaq: Bacalah dengan nama Tuhan!. Meski aku belum mampu membaca langsung keindahan ciptaan Allah dihamparan dunia ini, namun aku percaya dengan membaca tulisan-tulisan tangan para traveler, penakluk gunung, pengarung lautan, penjelajah dunia maka itu sama halnya aku telah melangkah setapak dan suatu hari nanti akupun akan berada ditempat-tempat yang mereka tuliskan.

Bermodalkan smartphone aku mencari berbagai informasi yang kemudian membuatku
bergabung dengan sebuah komunitas Backpacker Indonesia Family, mereka adalah para penebar keindahan alam yang kemudian memperkenalkanku pada sebuah airline A.K.A ‘AA’. Benar,  AirAsia adalah sebuah airline yang dinanti-nanti promonya, free seatnya, hot meal diskonnya, etc; akupun ingin segera menikmatinya dengan langkah awal menjadi anggota agar mendapatkan informasi langsung via email.

Juli 2011 kesempatankupun tiba. Promo medan- Jakarta-Surabaya yang membelalak mata, dengan hanya menambah Rp.340.000 untuk transit Polonia medan, karena memang dari Banda Aceh hanya ada penerbangan langsung ke negeri jiran :’) besar harapan kami AA bisa menambahkan segera departure keberbagai daerah atau negara lainnya. Setelah menentukan tempat duduk, serasa ini pesawat milik pribadi. Lalu dengan semangat mengisi data diri dan kebingunganpun muncul pada tahap pembayaran, iya aku hanya menggunakan layanan bank daerah yang tidak masuk dalam proses pembayaran AA. Namun demikian penerbangan ini tak mungkin dibatalkan, tak hanya sebatas impian J teman-teman disanapun telah ku kabarkan dan akan menunggu- Tak ingin merasa kecewa dan mengecewakan. Akupun meminta bantuan salah satu teman yang sudah keberbagai Negara di Asia dengan AirAsia dan pada akhir tahun 2012 untuk kedua kalinya ia dengan senang hati melakukan pembelian tiket atas namaku.  

Pada pertengahan tahun 2013 aku kembali melanjutkan perjalanan bersama teman-teman arisan bunda ke Jakarta dan bandung dengan pembelian tiket juga melalui temanku dan tanpa dipungut biaya seperti layaknya travel-travel, karena menurutnya ini sudah saling menguntungkan.

September 2013 segala aktifitas kampusku selesai hanya menunggu jadwal wisuda, aku dan empat koncoku terlibat diskusi tentang keinginan melanjutkan study ataupun traveling ke negeri orang.  Aku yang tercipta memiliki kesabaran dalam meniti proses kehidupan, namun juga tercipta tak mampu menahan keinginan yang menurut akal sehat bisa segera diwujudkan. Tak menunggu 1x24 jam dengan honda kesayanganku dan yamaha andalan temanku kami menuju kantor imigrasi untuk mengetahui cara dan mengambil formulir untuk pembuatan passport.

--benar saja 6 februari 2014 perjalanan pertamaku keluar negeri dimulai. Tujuan utama kami adalah untuk pengobatan dindaku. Kasihan sekali  sinusitis mengganggu karir drama teaternya, sungguh dia adalah pelakon yang diandalkan. *prokprok
Sampainya di LLCT  kami langsung menuju petugas imigrasi, jangan lupa membaca disetiap pos petugas imigrasi dengan benar, silahkan menuju pos bertuliskan ‘Foreign’ untuk WNA karena ada  yang tidak cermat dan salah mengantri sehingga harus bolakbalik dengan tentengan barang yang melelahkan.
Ayah, Bunda dan adikku sudah menunggu dijalur belakang pos namun aku dicegat petugas, pak cik petugas memintaku turun kelantai bawah untuk membeli tiket pulang. Kami belum membelinya karena belum pasti berapa lama akan disana, namun ayah, bunda dan adikku telah mendapatkan stempel imigrasi setempat tanpa perlu menunjukkan tiket pulang. Setelah menjelaskan tidak panjang dan tidak lebar lalu ayah datang menambah penjelasan lagi dengan bahasa Indonesia beraksen Aceh yang kemudian diakhir penjelasan petugas berkata ‘pak cik pernah tinggal d Malaysia kah?’, mungkin terdengar seperti logat melayu ditelinganya. Petugas tersenyum dan passportku pun mendapatkan stempel.

Memasuki bandar udara tersebut kami menuju money charger (tidak direkomendasikan menukar uang di bandara karena muahal pake banget) dan disana juga banyak stand yang menawarkan berbagai jasa angkutan umum dan kami memilih taxy. Setelah membayar, kami diarahkan menuju parkiran taxy di luar bandar. Memilih jasa apapun langsung ke loketnya, jangan khawatir tanpa bantuan siapapun kita tentu bisa, bukankah calo tersebut juga orang asing bagi kita.

Kami menuju hotel yang letaknya dekat dengan hospital yang kami perlukan. Adamson Hotel menjadi pilihan, untuk jiwa backpacker hotel ini lebih dari cukup, tetapi karena perjalanan bersama keluarga pilihan familyroom tentu cukup nyaman dan sepanjang jalan didepan hotel ada PKL yang menjajakan dagangannya setiap saat. #Cukstaw ada satu tenda pas didepan hotel yang jualnya orang indonesia lhoo, masakannya juga ga jauh beda rasanya dengan khas nusantara.





Keesokan harinya, setelah sarapan kami menuju rumah sakit islam yang lokasinya tidak jauh dari penginapan. Langsung menuju administrasi untuk mendaftarkan nama adik, juga checkup bunda dan sekaligus ayah karena sejak pagi beliau terlihat kurang sehat dan benar saja sinusitisnya kembali kambuh. Kami terkagum-kagum melihat seisi rumah sakit menghentikan kegiatannya sejenak, baik itu juru rawat, dokter, bahkan para pasien; baik itu diloket, ditangga, kursi menunggu, bahkan satpam yang berdiri dipintu masukpun terlihat khusyuk mengadahkan tangan dan mengaminkan do’a kesehatan dan kesembuhan. Ini hospital pertama yang membuat saya terharu.


Karena kami belum membuat temu janji dengan dokter, maka seharian itu kami hanya bisa menemani bunda melakukan full checkup dan kembali esoknya untuk bertemu dokter-dokter.
Keesokan harinya, setelah mengurus pengobatan tiga orang terkasihku. Aku meminta izin sejenak melihat TwinTower dari jarak dekat, meski berat hati aku dan adikpun diizinkan karena memang kondisi ayah bunda tak mungkin menemani dan besokpun kami harus kembali ke Aceh.






Malamnya kami sempatkan menikmati kembali sajian lezat khas Malaysia :x







Tepat pukul 7 driver telah standby di depan hotel untuk mengantarkan kami ke airport. Tiket juga telah dipesan oleh teman bunda, mungkin karena ia mengabarkan jadwal tiket pada saat sepertiga malam yang mengakibatkan salah ketik sms dan berakibat kami salah menuju bandara. Sesampai di KLIA aku menuju loket dan meminta awak AA mencetak bukti booked, dengan kaget ia menjelaskan dengan singkat apa yang terjadi dan mengarahkan kami menuju LCCT dengan bergegas karena boarding time tinggal 28 menit lagi. Tiba di LCCT,ada dua orang yang berpakaian merah menyala menyapa dan mengarahkan kami menuju antrian checkin. Mereka berdua entah diberi tahu temannya dari KLIA atau langsung Allah gerakkan untuk membantu.

Intermezo-
Setelah peragaan keselamatan dilakukan aku mulai membaca lembaran-lembaran majalah yang disediakan. Terpaku pada sebuah ungkapan yang tertulis, Simon says: Don’t be a tourist when you’re visiting a new city, be sure to a taste of local life.
Benar kata simon, empat kali menikmati perjalanan ke pulau jawa dengan menganggap diriku adalah seorang turis, berlaku layaknya turis dan mendapatkan pengalaman hanya sebatas turis dan object wisata tampak. Tak menyatu dengan alam dan masyarakat sekitar. Terhenyak dengan kalimat Simon, akupun bertekad ketika tiba dinegeri jiran mindset keturisanku akan dihilangkan dan siapa sangka aku yang pendiam, tak pintar berinteraksi baik dengan orang asing mampu melakukannya, bolak-balik sendiri mengurusi segala keperluan berobat keluargaku. Alhamdulillah berkat AA kami akan terbang lagi Aceh-KL-Jogja maret 2015 dapat promo PP  dihunting teman, semoga petuah Simon kembali bisa diterapkan. Terima kasih Simon, terima kasih Air Asia :-*
· 
        Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Kompetisi Blog 10 Tahun Air Asia Indonesia dengan tema Bagaimana AirAsia Mengubah Hidupmu